Perundingan Haji Iran-Saudi Kembali Buntu
Antrean calon jamaah haji asal Iran meningkat seiring belum adanya kesepakatan dengan Arab Saudi.
RIYADH--Delegasi Iran akhirnya meninggalkan Arab Saudi tanpa mengantongi kesepakatan untuk warganya yang berniat menjalankan ibadah haji tahun ini. Berdasarkan laporan media Saudi, itu terjadi karena kegagalan kedua dalam perundingan Iran dan Arab Saudi untuk menghasilkan kesepakatan.
Hubungan kedua negara memburuk setelah ratusan warga Iran tewas dalam musibah haji tahun lalu. Pemicu ketegangan kedua negara yang lainnya adalah setelah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik saat Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang unjuk rasa besar- besaran dan aksi kekerasan setelah negara itu mengeksekusi seorang ulama Syiah Iran, Nimr al-Nimr, pada 2 Januari 2016.
Perselisihan akhirnya membuka ketegangan antara monarki Muslim Suni konservatif di Arab Saudi dan gerakan Syiah di Iran yang mendukung pihak oposisi di Suriah dan konflik lainnya di wilayah Timur Tengah.
"Pada Jumat dini hari, delegasi Iran memperlihatkan kesan meninggalkan rumah tanpa menandatangani kesepakatan tersebut," kata Saudi Press Agency(SPA) pada Jumat (27/5) malam.
Meski begitu, menurut kantor berita Iran, IRNA, masih ada kemungkinan untuk menemukan jalan keluar. Pejabat tinggi pengurusan haji Iran Saeed Ohadi mengatakan, masih terbuka peluang untuk kesepakatan pada Ahad (29/5).
Arab Saudi menyalahkan Iran atas kebuntuan perundingan itu. "Kami menyaksikan pihak Iran kurang serius dalam perundingan masalah ini. Bahkan, mereka mencoba mempolitisasi masalah haji ini," kata jajaran Sekretaris Menteri Informasi Saudi di Riyadh kepada Reuters.
Setelah upaya perundingan awal terkait aturan ibadah haji gagal pada bulan ini, pemimpin Iran menyalahkan Arab Saudi atas penundaannya. Iran mengatakan, pemerintah sangat mengkhawatirkan keamanan para calon jamaah Iran setelah peristiwa maut saat kerusuhan menjelang melontar jumrah tahun lalu.
Delapan bulan setelah iba dah haji terakhir itu, Arab Saudi tetap tidak memubli kasikan laporan atas musibah tersebut yang telah mengakibatkan se kitar 700 jamaah tewas. Jumlah korban itu adalah yang tertinggi selama pelaksanaan ibadah haji sejak peristiwa maut di Mina pada 1990.
Meski begitu, penghitungan korban oleh sejumlah negara yang menerima jenazah warganya, ternyata diperkirakan sekitar 2.426 orang yang tewas. Dari jumlah tersebut, 464 orang adalah jamaah haji asal Iran.
Kementerian Haji Saudi mengatakan memahami kekhawatiran Iran itu dengan menawarkan visa elek tronik, suatu kesepakatan untuk perjalanan udara bagi calon jamaah haji dan perwakilan di plomatik oleh Swiss untuk warga Iran di Makkah.
Keputusan sepihak Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan bahwa Iran memutuskan sepihak untuk tidak mengirimkan jamaah hajinya tahun ini. Pernyataan ini menyusul pernyataan Menteri Budaya dan Pan duan Islam Iran Ali Jannati bahwa Iran menyatakan Arab Saudi menolak bekerja sama dalam pengaturan jamaah haji Iran di Tanah Suci.
Dalam pernyataan resmi yang dimuat SPA, Arab Saudi mengkritik sikap Iran. Menurut Saudi, negaranya merasa terhormat untuk melayani jamaah haji dari berbagai bangsa sebagai tamu di dua Kota Suci, Makkah dan Madinah.
Pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Haji Arab Saudi itu menyatakan, negaranya memastikan pejabat Iran untuk bertemu dengan pejabat Saudi pada April. Pertemuan itu untuk membahas penyelenggaraan haji tahun ini meski hubungan diplomatik kedua negara sedang terganggu sejak awal tahun ini.
Menurut Kementerian Haji Saudi, para pejabat Iran menuntut semua visa untuk calon jamaah haji Iran diproses dan dikeluarkan di Iran. Hingga kini, Saudi masih menutup kedutaan besarnya di Iran.
Tuntutan lainnya adalah transportasi udara jamaah haji Iran dipisahkan antara warga Iran dan warga Saudi. Salah satu klausul lain yang dituntut Iran adalah Saudi mengizinkan jamaah haji Iran melakukan ritual Syiah selama prosesi haji.
Arab Saudi menyatakan, mereka telah menjelaskan ke delegasi Iran bahwa calon jamaahnya dapat mengajukan visa secara daring karena tidak ada Kedutaan Besar Arab Saudi di Iran. Saudi juga mengizinkan pesawat Iran mengangkut jamaahnya yang bertentangan dengan standar internasional. Menurut Saudi, jika hal itu dibiarkan, dikhawatirkan akan mengganggu pergerakan jamaah haji lain dari seluruh dunia.
Iran menuding Saudi tidak kompeten karena menyebabkan desak-desakan di Mina pada 24 September 2015. Menurut Jannati, perundingan yang dilakukan beberapa bulan antara Iran dan Arab Saudi ditujukan menyelesaikan masalah keamanan prosesi haji. Namun, perundingan itu dinilai gagal oleh Iran.
"Kami melakukan sebisa kami, tetapi Saudi menyabotase," kata Jannati yang dimuat IRNA. "Kini kita kehabisan waktu."
Namun, laporan lain yang dimuat IRNA dalam bahasa Inggris menyebutkan keputusan tersebut masih tentatif yang menandakan Iran belum final dalam memutuskan tidak mengirimkan jamaah hajinya ke Saudi. reuters/ap, ed: Dewi Mardiani
Source ↔ Download Lagu Terbaru
Comments
Post a Comment